Menanti Perubahan

Sore tadi saya menghadiri silaturahim ulama dan umaro yg kedua kalinya di Pendopo Kota Bandung. Kegiatan yg dihadiri Walikota, Wakil Walikota, Sekretaris Daerah, Ketua Umum MUI serta seluruh Ulama dan Kiyai sekota bandung sekitar 100 org. Pada saat sambutan Walikota, beliau menyinggung kebersihan dan adipura yg keberhasilannya tidak lepas dari kiprah Ulama. Begitu pula Prof. Dr. H. Miftah Faridl juga menyambut baik agar para ulama terus menyerukan cinta kebersihan. 

Tibalah saatnya berbuka dimana disajikan hidangan buka yang tentunya tidak lepas dari penggunaan gelas plastik. Seusai berbuka muncul lah kekhawatiran saya, "kok gak tersedia wadah sampah??" Prof. Dr. Miftah Faridl berinisiatif mencari tempat sampah, tapi karena tidak ada, ditumpuklah berbagai kemasan di depan panggung. Hal ini dikarenakan sholat maghrib berjamaah akan segera dimulai. Dan akhirnya sholat berjamaah diantara tumpukan sampah bekas minuman. 

Hal ini berbeda ketika saya hadir di acara lain di lokasi yang sama, membahas zerowaste dimana tersedia wadah sampah bahkan terpilah. "Apakah keberadaan wadah dampah hanya untuk acara yg temanya sampah?" Hanya panitia yg tahu.

Lalu saya menuju Masjid Agung yg hanya beberapa meter dari Pendopo. Kegalauan saya makin meningkat ketika menyaksikan sampah yg berserakan diantara para pengunjung dan penjual asongan. Para Petugas Satpol PP pun ada diantara mereka tapi mereka juga mematikan rokoknya diinjak begitu saja depan masjid. Makin parah lagi melihat "sang kodok" wadah sampah yg tidak berdaya dengan bentuk yg sudah tidak utuh dan dijejali sampah yg lebih besar dari daya tampungnya dan tercampur. Emmmh kasian sang kodok.
Pemandangan kurang sedap makin diperparah dengan orang-orang yg tiduran dan merokok senaknya di plaza masjid padahal yg lain sedang sholat taraweh. Semula saya mau beri'tikaf jadi pindah mencari tempat lain yg lebih "ramah lingkungan".


-M. Satori-

Komentar

Postingan Populer